Pada tanggal 28-30 November 2008, dari pk. 07.30-18.00 WIB, MA Citra Cendekia (MACC) telah melaksanakan pelatihan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), meliputi standar isi, standar proses, standar SKL, dan standar penilaian. Walaupun lelah mengikuti materi yang dipadatkan dalam 3 hari, namun banyak perubahan cara berpikir yang dialami oleh rekan-rekan guru dalam memahami proses pembelajaran. Melalui pelatihan ini banyak 'kekhilafan' yang kami sadari dan mungkin juga kekhilafan yang sama yang dialami oleh pelaku pendidikan kita (guru) dalam mengimplementasikan kurikulum.
Kekhilafan yang kami sadari adalah ternyata proses pembelajaran yang kami lakukan baru sebatas sebagai proses mengajar, bukan belajar. Padahal ruhnya kurikulum KTSP adalah menciptakan proses pembelajaran yang mendorong siswa mampu berpikir kritis dan argumentatif dalam menemukan kebenaran ilmu, mengalami sendiri konsep ilmu yang mereka cari, sehingga pengalaman ini menjadi sebaik-baiknya guru bagi mereka. Guru di kelas adalah fasilitator, yang seharusnya mampu mendesain proses belajar dengan memberikan hal yang bisa mereka alami sendiri dan temukan hingga membuat satu kesimpulan secara mandiri. Insya Allah proses pembelajaran seperti ini akan membuat ilmu lebih mudah mengendap dalam diri siswa. Pengetahuan lebih mudah hilang dalam ingatan, tapi pengalaman adalah hal yang sulit dilupakan.
Persoalannya adalah proses pembelajaran disekolah lebih sering diarahkan hanya untuk melewati Ujian Nasional (UN). Akhirnya UN menjadi satu momok bagi pelaku pendidikan di Indonesia. Akibatnya setiap pelaku pendidikan mengerahkan seluruh daya dan upaya untuk mendapatkan 'label' lulus UN bagi siswa didiknya, namun sering kali mengabaikan apakah proses untuk mencapainya tepat atau tidak. Malah jangan-jangan asal tercapai, segala cara bisa dihalalkan. Inilah yang kemudian memunculkan kasus yang sangat memalukan dunia pendidikan ketika sekelompok guru di bawah arahan kepala sekolah memberikan bocoran jawaban soal UN kepada siswanya.
Kalau kita mengingat kembali kepada niat awal kita menjadi guru, rasanya UN bukan satu-satunya alasan untuk mendidik. Banyak hal yang bisa kita lakukan untuk mendidik siswa menjadi generasi yang beriman dan tangguh dalam menghadapi hidup. Untuk itu guru juga harus menajdi sosok yang beriman dan tangguh dalam menjalankan perannya. (MACC)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar